"Pastinya saya suka baca dan terbiasa berpikir progres ke depan," katanya lagi. Selain itu ia suka mengoleksi peninggalan poyang di sini, juga cerita-cerita semacam roman tempo dulu.
Ia menunjukkan satu roman masa silam dari Tubaba. Transkip yang ditulis orang Belanda didapat dari Universitas Leiden.
"Ini hadiah sebagai oleh-oleh dari Arman AZ, peneliti sejarah Lampung tempo dulu sepulang dari Belanda," kata Juaini menunjukkan transkrip seukuran kuarto.
Selain itu, dia menjelaskan, ada banyak cerita dan sejarah yang menarik dari Tiuh Gedung Ratu. Baik yang sudah digali maupun masih tersimpan. Kalau benda-benda, diakui Juaini, sebagian sudah dikoleksinya.
Dikatakan lagi, biarpun tiuh ini seperti berada di pelosok karena jauh dari pusat ibukokota Kabupaten Tulangbawang Barat, Panaragan, tidak berarti desa ini terisolir dan asing.
"Terbukti kerap dikunjungi warga asing, dari Belanda, Jepang, maupun Cina."
Umumnya mereka tertarik dengan alam di sini dan peninggalan sejarah masa kolonial.
Bisa dimaklumi, Tubaba – seperti juga Tulangbawang sebagai kabupaten induk sebelum pemekaran, terbentang Sungai Tulangbawang yang muaranya ke laut.