Saat berjalan pulang, saya menoleh kembali ke belakang, ke rumah mungil itu, dan mengingat sebuah sajak dari Jokpin:
Rumah Tangga
Bertandang ke rumahmu,
aku mendaki jalan berundak-undak
serupa tangga. Jalan berundak-undak
yang tersusun dari batu bata
merah hati. Hatimu.
Masuk ke ruang tamu, aku lanjut
menapaki tangga menuju kopimu.