Ciri-Ciri Puisi, Puisi Pendek, Puisi Cinta Karangan Penyair Lampung

- 7 Mei 2024, 14:17 WIB
Kookaburra, Burung Ceria yang Sering Menjadi Subjek Seni dan Karya Sastra di Australia
Kookaburra, Burung Ceria yang Sering Menjadi Subjek Seni dan Karya Sastra di Australia /ilustrasi/

LAMPUNG INSIDER-- Dalam logika kuno, puisi merupakan sarana paling pas bagi para penyair mengabadikan perasaan dan perenungan yang dilakukan mereka secara sadar yang kemudian menjadi sesuatu yang berkesan bagi yang berkenan untuk membaca.

Baca Juga: Puisi Pendek, contoh Puisi, Puisi Cinta Karangan Penyair Lampung

Sampai pada waktu, puisi menjadi lambang kemahsyuran para penyair dan sampai pada pemahaman penyair asal Lampung. Berikut ini puisi-puisinya..

 
Pohon Tumbang Cintaku
 
Akar mati juga kembang,
kekasih. Pohon tumbang
daun dan bebatang pun tunduk,
juitaku. Bila tanpa kau duga
diriku menjadi ikan maka mohonlah
pada sesuatu agar kau sungai
nan jernih
 
Kekal
 
Beri aku sejuta kata
yang tak diucapkan tanaman
ataupun kucing belang dan
beri aku cinta yang terletak
di dada BJ Habibie
 
Kumau setiap yang terlihat
bagaikan hujan atau embun
di pucuk daun
 
Kumau setiap kasih kekal
seperti waktu
 
 
Gontai Bercinta
 
Laksana bulan gontai ke tengah lautan
betapa indah wajahku dan wajahmu
di cermin alam
 
Mentari pun hatinya tergugah, kekasih
Percayalah bahwa tanganku dan tanganmu
pernah bersama dalam jernih sungai
 
 
Bisik Ikan Kita
 
Saat kita bersama di tepi kolam pada
minggu yang bening— Ikan-ikan  
mejikuhibiniu datang ribuan ke tanganku
 
Mereka berbisik, ibu bapak
memercayakanmu padaku
Dan mereka lalu berbisik lagi
Bapakku dan ibuku pun
mempercayakanku padamu
 
Dan mereka lalu kembali berbisik
Adik-adikku kan tersenyum
melihat kau dan aku saling peluk dan kecup
 
Dan mereka kemudian berbisik lagi
Abangmu nan rupawan
Kakakmu nan cantik
Tentram hatinya bila kau kupeluk, nanti...
 
Dituntun Malam
 
Malam terus menuntun hingga aku
masuk di antara bunga-bunga merah.
 
Wangi dan bagaikan kain paling sejuk
bunga-bunga di sini. Kupu-kupu jingga
dan capung jarum mendarat di bahuku
dan kemudian hilir mudik
 
Lalu pujangga pun menadakan sajakny. Tapi,
kekasih, aku di sini bagaikan dawai tanpa sitar
karena itu tanpamu***

Editor: Muhammad Alfariezie


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah