Buku Terakhir Tahun 2023, Mundzir: Membaca Pengalaman Naik Bus dari M. Faizi

- 1 Januari 2024, 12:10 WIB
Ibnu Mundzir dan buku 'Ruang Kelas Berjalan' karya M. Faizi
Ibnu Mundzir dan buku 'Ruang Kelas Berjalan' karya M. Faizi /kolase foto pribadi/

Menurutnya, naik bus ekonomi lebih memungkinkan untuk berinteraksi dengan penumpang lain yang duduk di sebelah. Kesenangan membuat penulis ada kalanya naik bus demi pengalaman naik bus itu sendiri. Sampai ke kota tujuan adalah nomor 17 sekian. Sebagai penempuh jalur Madura -Jogja atau Surabaya - Banyuwangi, ia pun tak bisa pindah ke lain Akas. 

Kedua, bus sebagai tempat belajar. Bus memfasilitasi kita belajar melalui interaksi dengan kru bus dan penumpang lain. 

Anggota perkumpulan bis mania bisa hafal spesifikasi berbagai bus secara detail berikut nama dan kebiasaan kru. Penulis yang pengasuh pesantren ini sering naik bus dengan mengenakan sarung. Karenanya, boleh juga kita sebut bus sebagai madrasah berjalan.

Ketiga, bus sebagai tempat ujian. Setelah belajar, biasanya ada ujian. Bus adalah tempat ujian kesetiaan, kejujuran, kesabaran, kesatriaan, dan keimanan. Jangan bilang Anda seorang kesatria jika tega membiarkan orang lanjut usia berdiri di bus. 

Saat naik bis malam, penulis buku sering berhenti sebelum tujuan akhir yang sudah dibayar untuk menunaikan sholat subuh lalu mencari bus lain.

Keempat, bus itu romantis. Kalau Anda naik bus terus ada bayangan seseorang terus berkelebat di luar jendela, maka tandanya Anda mulai jatuh cinta. 

Hujan yang menemani saat naik bus juga menghadirkan rindu. Ada derai tipis-tipis yang membawa ia yang tak terjangkau. Ada gerimis yang mengingatkan pada yang telah berlalu. Ada hujan deras yang menghadirkan pasangan. Salah satu gombal terbesar adalah menemani seseorang naik bus untuk memastikannya sampai tujuan dan begitu ia turun, Anda langsung putar balik ke tempat awal bersama bus itu. 

Kelima, bus itu perpustakaan berjalan. Bepergian adalah waktu untuk membaca. Saya membaca di DAMRI, L300, angkot, andes, metromini, Greyhound, Amtrak, Shinkasen, feri, dan pesawat. 

Dosis standar saya adalah menamatkan satu buku sederhana dalam perjalanan dengan minibus umum (L300) Banda Aceh-Bireun (sekitar lima jam perjalanan). 

Saya pernah penasaran, berapa buku yang akan saya baca kalau saya naik pesawat dari Banda Aceh-Papua pulang pergi. 

Halaman:

Editor: Isbedy Stiawan ZS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah