Apa Itu Inflasi Hijau: Pertanyaan yang disampaikan Gibran ke Mahfud MD?

- 21 Januari 2024, 21:46 WIB
Debat Cawapres 2024
Debat Cawapres 2024 /Tangkapan Layar Mata Najwa/

LAMPUNG INSIDER - Dalam dunia ekonomi, kita mengenal istilah inflasi sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Namun, tahukah Anda ada istilah unik yaitu inflasi hijau? Istilah ini mengacu pada kenaikan harga yang terjadi akibat upaya kita mengurangi dampak lingkungan dan beralih ke praktik yang lebih berkelanjutan.

Jadi, mengapa harga bisa naik akibat niat baik kita terhadap lingkungan? Mari kita telusuri faktor-faktornya:

1. Biaya Hijau yang Lebih Tinggi: Produksi barang dan jasa ramah lingkungan, seperti energi terbarukan dan transportasi publik elektrik, seringkali membutuhkan teknologi dan infrastruktur baru. Ini berarti biaya awal yang lebih tinggi dibanding metode konvensional, sehingga harga produk maupun layanan ikut terkerek naik.

2. Permintaan Hijau yang Melonjak: Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan, permintaan akan produk dan layanan ramah lingkungan juga ikut naik. Ketika permintaan melebihi kapasitas produksi, tentu harga pun mengalami kenaikan.

3. Penghapusan Opsi "Kotor": Untuk mendorong peralihan ke praktik hijau, pemerintah bisa menerapkan kebijakan seperti pembatasan produksi atau pengenaan pajak tinggi terhadap barang dan jasa yang tidak ramah lingkungan. Akibatnya, harga opsi "kotor" ini semakin mahal, membuat opsi hijau alternatif menjadi lebih relatif terjangkau.

Dampak Inflasi Hijau: Ancaman atau Peluang?

Kenaikan harga tentu bisa menjadi perhatian, apalagi bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Inflasi hijau berpotensi menurunkan daya beli dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, inflasi ini juga menyimpan potensi positif:

  • Dorongan Inovasi: Biaya hijau yang tinggi mendorong pencarian solusi produksi yang lebih efisien dan terjangkau. Hal ini memicu inovasi di bidang teknologi hijau, membuka lapangan kerja baru, dan meningkatkan daya saing jangka panjang.
  • Investasi Berkelanjutan: Kenaikan harga produk hijau menarik minat investor untuk sektor tersebut. Dengan demikian, terjadi aliran modal ke bisnis dan proyek ramah lingkungan, mempercepat dan memperkuat ekonomi berkelanjutan.
  • Pergeseran Konsumsi: Harga tinggi opsi "kotor" mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam konsumsi, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan barang sekali pakai.

Mengelola Inflasi Hijau: Menuju Masa Depan Lestari

Tantangan inflasi hijau dapat diatasi dengan berbagai langkah:

  • Meningkatkan Efisiensi: Dukungan pemerintah dalam penelitian dan pengembangan, serta insentif bagi produsen untuk meningkatkan efisiensi produksi, dapat menurunkan biaya produk hijau.
  • Subsidi dan Insentif: Mengucurkan subsidi dan insentif bagi konsumen, terutama yang kurang mampu, dapat menjembatani kesenjangan harga antara opsi hijau dan konvensional.
  • Pendidikan dan Kesadaran: Mengedukasi masyarakat tentang manfaat jangka panjang inflasi hijau dapat merangsang perubahan perilaku, mendorong pola konsumsi yang lebih bertanggung jawab.

Inflasi hijau bukanlah momok, melainkan tantangan sekaligus peluang dalam perjalanan kita menuju masa depan yang lebih lestari. Dengan pengelolaan yang bijak dan kerja sama dari semua pihak, kenaikan harga akibat langkah hijau ini dapat diredam, membuka jalan bagi pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan dan berkeadilan.***

Editor: Arief Mulyadin


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah