Harga Kakao Anjlok, Petani Lampung Timur Menyesuaikan Strategi

- 6 Mei 2024, 12:48 WIB
/

LAMPUNG INSIDER- Harga kakao yang sempat melambung tinggi pada Maret 2024, mencapai puncaknya hingga Rp150.000 per kilogram, kini mengalami penurunan drastis begitu memasuki awal bulan Mei 2024, stabil di kisaran Rp100.000 per kilogram. Fenomena ini menggugah perhatian para pelaku industri, terutama petani kakao di Lampung Timur.

Menurut keterangan seorang petani veteran, Ngatimen (53), penurunan ini tak lepas dari musim panen raya yang kini tengah berlangsung. "Kami melihat tren harga turun seiring dengan masuknya musim panen raya," ujarnya dengan nada prihatin. Ngatimen, yang bermukim di Desa Bandar Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur, mengungkapkan bahwa harga yang dia beli dari petani kini hanya sebesar Rp50.000 per kilogram, jauh di bawah harga sebelumnya yang mencapai Rp80.000 per kilogram.

Dalam keterangannya kepada wartawan pada hari Minggu 5 APRIL 2024, Ngatimen menjelaskan bahwa turunnya harga kakao tak lepas dari kebijakan harga pasar yang diberlakukan oleh perusahaan pembeli. "Ketika harga di pasar turun, saya sebagai tengkulak ikut menyesuaikan harga beli dari petani," paparnya.

Ngatimen bukan hanya seorang petani, namun juga seorang tengkulak kakao yang berperan penting dalam rantai pasok kakao di desanya. Dengan lahan seluas 3 hektar yang ditanaminya dengan kakao, dia mampu membeli hingga 1,5 ton kakao setiap harinya, terutama saat musim panen raya.

Tak hanya sebagai tengkulak, Ngatimen juga memastikan bahwa kakao yang dibelinya dari petani setempat menjalani proses pemanasan sebelum dikirim ke Jakarta. Proses ini dilakukannya dengan menggunakan alat pemanas berbahan bakar kayu. "Kami harus memastikan kualitas kakao yang kami kirim ke Jakarta sesuai standar agar diterima oleh pihak perusahaan," tegasnya.

Meskipun harga beli saat ini hanya Rp50.000 per kilogram, Ngatimen mengungkapkan bahwa setelah diolah dan dijual ke pabrik di Jakarta, harga jualnya mencapai Rp100.000 per kilogram. Namun, dia juga menyoroti biaya operasional yang harus dikeluarkannya selama proses pengeringan, yang menjadi beban tambahan dalam usahanya.

Dengan volume pengiriman hingga 20 ton dalam dua pekan, petani asal Bandar Agung, Lampung Timur, seperti Ngatimen menjadi salah satu pemain utama dalam pasokan kakao ke pasar nasional.

Terkait dengan tren harga kakao yang terus berfluktuasi, para pelaku industri dan petani di Lampung Timur diharapkan tetap waspada dan mampu mengadaptasi strategi untuk menjaga keberlangsungan usaha mereka di tengah dinamika pasar kakao yang tidak menentu.***

Editor: Arief Mulyadin


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah