Naik Kayu Aro, Simbol Syukur dan Gembira

- 31 Agustus 2023, 18:51 WIB
Kayu Aro, pesta rakyat adat usai begawi adst
Kayu Aro, pesta rakyat adat usai begawi adst /Isbedy Stiawan ZS/

Seru. Sudah tentu. Saling usung dan saling injak agar segera naik. Yang di bawah akan bersorak memberi suport atau meminta bagian. Sewaktu barang dijatuhoan, yang di bawah langsung buru. Saling tabrak. Jatuh.

Begitulah. Seluruh masyarakat dari beberapa tiuh (desa), suku, dan adat berkumpul di dekat kayu aro. Kayu (pohon) kehidupan  

Sebab, sejak awal begawi hingga selesai, warga ini mengikuti posesi demi proses acara. Bisa hingga dini hari, misal pada acara cangget agung. Wajar saat kayu mereka bersenang-senang. Tertawa, dan gembira. 

Begawi adat yang melelahkan, mesti disempurnakan dengan sukacita. Gembiraria. Pesta tanpa harus berlebihan. Tetapi, hanya ungakapan rasa syukur. "Nikmat-Ku mana lagi yang kaudustakan?

Apabila, kita mensyukuri nikmat yang diberi Allah, niscaya akan ditambah. "Jika kau kufur, tunggu azab-Ku lebih pedih."

Selamat suttan Dilambung Muda, Suttan  Paserah Alam, Suttan Indra Bangsawan, Suttan Dutanegara, dan Suttan Panjinegara. 

Seperti kayu aro, tinggi pula nama atau gelar yang telah disematkan. Gelar bagi keberlangsungan masyarakat adat. 

Umar Ahmad gelar Suttan Kartanegara, Bupati Tulangbawang Barat 2017-2022 mengapresiasi setiap begawi adat di daerahnya. "Hal itu menunjukkan adat masih melekat dalam diri masyarakat adat," katanya saat hadir pada cangget agung, Selasa 29 Agustus 2023 malam. ***

 

Halaman:

Editor: Isbedy Stiawan ZS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah