Transisi Energi Hijau Solusi Atasi Peningkatan Suhu Bumi

- 16 Oktober 2023, 21:59 WIB
Ilustrasi Kekeringan Akibat Kemarau Panjang
Ilustrasi Kekeringan Akibat Kemarau Panjang /

LAMPUNG INSIDER – Peningkatan suhu permukaan bumi akhir-akhir ini yang dipengaruhi efek gas rumah kaca harus segera diatasi. Transisi penggunaan sumber energi berbahan bakar fosil ke sumber energi hijau dalam negeri diyakini sebagai solusi yang mesti dilakukan untuk mencegah peningkatan suhu terus menerus.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan sejak tahun 2000 hingga 2023 telah terjadi kenaikan rata-rata 0,3 derajat Celsius yang disebabkan emisi gas rumah kaca (CO2) dari bahan bakar energi fosil seperti batu bara dan sejenisnya.

“Krisis ini nyata bila tidak ada perubahan dalam sepuluh tahun ke depan atau kurang dari itu, suhu permukaan diprediksi bisa lebih panas lagi dengan peningkatan rata-rata mencapai 3,5 derajat celcius,” kata Dwikorita dalam diskusi daring Forum Merdeka 9 Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Senin 16 Oktober 2023.

Dalam diskusi bertajuk Kolaborasi Global Antisipasi Krisis Air Dampak Perubahan Iklim, Dwikorita menjelaskan, BMKG menemukan adanya kenaikan luar biasa konsentrasi CO2 di atmosfer sebagai penyebab kenaikan suhu bumi.

Tren peningkatan konsentrasi CO2 di temukan dari pengukuran pada periode Mei 2020 – 2022 di kawasan hutan Bukit Kototabang, Palu, dan Sorong yang secara umum mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dalam dua tahun laju peningkatan rata-rata paling tinggi terjadi di Bukit Kototabang dengan nilai 3,12 ppm per tahun sedangkan laju peningkatan rata-rata di Palu dan Sorong berturut-turut sebesar 2,2 ppm per tahun dan 1,8 ppm per tahun.

Diketahui, setiap tahun konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat 3,12 bagian per juta. Satu ppm (part per million) adalah satu bagian dari sesuatu yang terkandung dalam satu juta bagian lainnya. Jadi, berarti ada 3,12 bagian CO2 dalam satu juta bagian atmosfer.

Terlepas dari aktifnya badai El-Nino, menurutnya peningkatan suhu tersebut sudah kian memperparah kekeringan ekstrem yang sedang melanda Indonesia saat ini. Dari kekeringan ini di antaranya telah menyebabkan kesulitan air bersih dan penurunan produktivitas pertanian di berbagai wilayah, termasuk di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

“Faktanya ancaman kekeringan di Indonesia yang diprakirakan berlangsung hingga Januari-Maret 2024 ini baru sebagian pendahuluan. Jika kenaikan suhu global tidak dikendalikan, maka ancaman kekeringan akan semakin parah di masa depan,” kata dia.

Halaman:

Editor: Nova Lidarni

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah