Untuk Timnas Indonesia Tidak Boleh Coba-Coba Pelatih, Shin Tae-yong Sudah Benar  

27 April 2024, 12:00 WIB
Sejak pertama kali melatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong berhasil mencuri perhatian fans bola Indonesia, kini tiga pria Korea lainnya juga curi perhatian pecinta olahraga nasional /pssi.org

 

“Jangan-jangan pelatih lain sukses membesut timnas kalau pemainnya seperti ini”

LAMPUNG INSIDER-- Kalimat-kalimat ekstrem untuk tidak mengakui kesuksesan Shin Tae-yong dalam memilih dan mengolah taktik bagi pemain diaspora, pemain BRI Liga satu dan pemain-pemain Indonesia lainnya yang bermain di luar negeri seperti itu bisa jadi peluang terbuka bagi rekor-rekor buruk Indonesia.

Empat tahun Shin Tae-yong membangun fondasi Timnas Indonesia asuhannya. Ia coret pemain-pemain yang tak ingin maju dalam disiplin teknik, strategi maupun hal lainnya di luar lapangan sepakbola.

Baca Juga: Leicester City Kembali ke Liga Inggris Usai Belajar dari Divisi Championship

Indonesia kini tidak lagi euforianya sebatas Piala AFF. Dulu, penonton Indonesia tidak sama sekali mementingkan prestasi Timnas Indonesia karena terpenting hanya menang lawan Malaysia, imbang melawan Thailand untuk bisa meraih tropi Piala AFF atau laga persahatan negara-negara ASEAN karena tidak masuk dalam agenda resmi FIFA.

Sekarang semua itu berubah pasca-datangnya Shin Tae-yong. Indonesia menatap Piala Asia, Final Piala Asia U23 setelah mengalahkan Australia, Jordania hingga Korea Selatan. Bahkan permainan Indonesia mengurung tim-tim lawan.

Baca Juga: Uzbekistan Siap Hadang Rekor Baru Timnas Indonesia Asuhan Shin Tae-yong  

Selain itu, Indonesia tegak menatap Olimpiade Paris 2024 tanpa minder sebagai tim debutan karena mentalitas dan mobilitas pemain lebih intens dari punggawa-punggawa asia yang langganan Piala Asia maupun Piala Dunia.

Terus, enteng mengatakan bahwa siapapun pelatihnya bisa berprestasi seperti Shin Tae-yong jika Indonesia memiliki pemain seperti Hubner, Thom Haye hingga Rafael Struick?

Baca Juga: Timnas Indonesia Shin Tae-yong Satu-Satunya Wakil ASEAN Berpeluang ke Olimpiade Paris 2024

Tidak semudah itu ferguso. Real Madrid hancur karena dipegang Rafael Benitez, Inter Milan hancur saat ditangani Rafael Benitez, Bayern Munchen hancur di tangan Thomas Tuchel tapi Manchester United bapuk setelah era Sir Alex Ferguson.

Apalagi ini tim nasional yang di dalamnya tak sekadar mengandung unsur profesionalitas tapi juga nasionalisme tinggi.

Tidak bisa timnas dijadikan ajang coba-coba bagi pelatih-pelatih yang iri dan nyinyir terhadap perkembangan Timnas Indonesia di tangan Shin Tae-yong. Toh dia telah membuktikan bisa membawa Indonesia berbuat banyak untuk orang Indonesia di pentas Asia.

Baca Juga: Shin Tae-yong Simbol Bhinneka Tunggal Ika Timnas Indonesia

Orang-orang yang ingin melatih Timnas Indonesia mesti memiliki konsep yang jelas, taktik yang mempuni serta target-target dan bagaimana cara menggapainya untuk ditawarkan kepada PSSI sebagai bahan pertimbangan.

Tidak bisa serta merta karena legenda Indonesia maka bisa coba-coba melatih Timnas. Profesionalisme harus dilaksanakan dan Shin Tae-yong mengajarkan bagaimana harusnya PSSI bersikap professional.

Ia membuat PSSI bekerja ekstra untuk berbicara kepada pihak klub-klub BRI Liga Satu dan ia juga meminta fasilitas dari PSSI untuk memudahkannya dalam mengemban tanggungjawab sebagai pelatih kepala Indonesia.

Lha wong kapolri, gubernur, walikota sekalipun mendapat fasilitas dari negara. Tidak salah juga pelatih kepala Timnas Indonesia meminta fasilitas dan bayaran mahal karena ia bekerja professional tanpa biaya pensiun.

Baca Juga: PSSI Buat Patung Ekonomis Shin Tae-yong untuk Marchandise di Tiap Stadion BRI Liga 1

Kebetulan saat ini Ketum PSSI Erick Thohir, orang nomor satu di BUMN serta orang professional karena pernah memiliki Inter Milan dan DC United. Dia paham bagaimana bekerjasama dengan orang-orang professional serta disiplin tinggi seperti Shin Tae-yong.

Ia menuntut target dan Shin Tae-yong menuntut fasilitas serta dukungan kerja. Wajar, karena mereka telah membuktikan Indonesia bisa terbang tinggi dalam simbol Kebhinekaan dalam tubuh Timnas Indonesia.

Tanpa canggung karena warna kulit, dari mana status klubnya, skuat garuda main enjoy dalam determinasi taktik kelas Eropa mengalahkan tim-tim besar Asia. Semua itu terjadi di era Shin Tae-yong dan Ketum PSSI Erick Thohir.

Dulu-dulu tidak ada, malah terjadi dualisme di tubuh PSSI hingga tatapan kompetisi Indonesia tersendat di laga persahabatan negara-negara ASEAN yang mestinya bisa berbuat lebih karena melihat potensi pemain Indonesia yang tersebar luar di Eropa.***

 

 

 

 

 

Editor: Muhammad Alfariezie

Terkini

Terpopuler