LKKS Muhammadiyah Luncurkan Buku 'Jalan Baru Moderasi Beragama'

- 5 Maret 2024, 12:00 WIB
Tangkapan Layar - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir saat menyerahkan buku “Jalan Baru Moderasi Beragama” kepada Wakil Presiden ke-10 dan 12 Indonesia, Jusuf Kalla di Jakarta, Senin malam./ANTARA//Youtube-TVMu Channel/Asep Firmansyah.
Tangkapan Layar - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir saat menyerahkan buku “Jalan Baru Moderasi Beragama” kepada Wakil Presiden ke-10 dan 12 Indonesia, Jusuf Kalla di Jakarta, Senin malam./ANTARA//Youtube-TVMu Channel/Asep Firmansyah. /

 

LAMPUNG INSIDER - Lembaga Kajian Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah meluncurkan buku "Jalan Baru Moderasi Beragama" di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, pada Senin malam.

Ketua Lembaga Kajian Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah Fajar Riza Ul Haq dalam keterangan resmi menjelaskan, buku setebal 528 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas ini merupakan kumpulan tulisan dari beberapa rekan, pemikir keislaman dan keindonesiaan.

"Sebagai salah satu hasil dari interaksi dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir baik secara fisik maupun pemikiran," katanya.

Menurut Fajar, buku itu ini berusaha membedah pemikiran Haedar Nashir tentang moderasi, bukan hanya dalam urusan beragama, tetapi juga yang lain termasuk kebangsaan dan lainnya.

"Peluncuran buku ini tidak semata-mata merayakan 66 tahun Pak Haedar. Tapi bagaimana kita mencoba merawat pemikiran moderat untuk bangsa ini," kata Fajar.

Peluncuran buku itu, juga dihadiri beberapa tokoh seperti Jusuf Kalla, Susi Pudjiastuti, Kardinal Suharyo, hingga Abdul Mu’ti.

Wakil Presiden ke-10 dan 12 Indonesia, Jusuf Kalla menilai, pandangan moderat memang selalu dibutuhkan oleh bangsa yang majemuk seperti Indonesia. Bahkan juga dibutuhkan oleh umat beragama, sebab dalam agama juga terdapat perbedaan-perbedaan.

Tokoh asal Sulawesi Selatan ini juga sepakat dengan Muhammadiyah yang mengarusutamakan pendidikan karena rendahnya pendidikan dan sikap toleransi seringkali menjadi sekam kering yang mudah dibakar oleh kepentingan sepihak.

Realitas itu, kata JK, juga yang menjadi pemicu saat kerusuhan di Poso.

"Pendidikan dan hubungan kita dapat merubah itu dan dengan toleransi yang baik akan berguna bagi bangsa Indonesia," kata JK.

Moderasi dalam pandangan Haedar Nashir, dalam buku itu, adalah tidak lembek dan bukan tanpa kejelasan, melainkan suatu sikap eklektik, tidak ekstrim kiri atau kanan.

Selain itu, moderasi yang dalam istilah Agama Islam disebut dengan wasathiyah juga mengandung nilai sebagai keunggulan dibandingkan dengan yang lain.***

Editor: Iskak Susanto

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah