Rekomendasi Novel Indonesia! Tuan Lijai Peranakan Cina Bangka, (Fantasi Musik Penyanyi Blasteran)

24 April 2024, 21:00 WIB
IST /KaranganyarNews/ Abednego Afriadi

 

Entah mimpi apa aku semalam sungguh menjemukan hari ini dan apakah ini karena dosa sebab sengaja membiarkan kumandang subuh berlalu seperti salak anjing yang bercerita tentang budi yang bangkit kembali tepat ketika mentari melepaskan vitaminnya?

Sungguh bagaikan klakson mobil metropolitan suara penyanyi blasteran menggema. Saat baru datang, ia langsung duduk meledekku yang kebetulan pagi ini aku sedang asyik berbicara dan bercanda empat mata dengan Ariani si sekretaris cantik nan wangi.

Cericit nuri pun tiba-tiba berhenti dan capung jarum juga kupu-kupu pergi dan daun-daun berguguran karena si Anggi Bin Binti ini.

Baca Juga: Rekomendasi Novel Indonesia! Tuan Lijai Peranakan Cina Bangka, Cerita Bersambung

Ariani pun tersenyum dan menyambutnya, aku pun juga, tetapi aku tak ikhlas sebab gangguannya. Sepertinya dia tahu bahwa aku tidak menyukai kedatangannya. Itu dapat kurasakan sebab ia terus-terusan meledekku dan menggoda Ariani.

Kali ini aroma Penyanyi setengah matang itu wangi, bahkan bisa dikatakan wangi sekali. Kemeja hitam motif bunga-bunga dan celana cingkrang berwarna krem serta topi sapardi menjadi pakaiannya hari ini.

Kemudian kuceploskan saja padanya bahwa apakah ia usai meyemprotkan parfum di indomaret dan ia pun tertawa dan mengiyakan perkataanku.

Sungguh benar-benar orang ini mampu merubah perasaanku. Aku tak jadi sebel karenanya. Ia pun duduk dan menyanyikan lagu dmasiv namun nadanya countri agak ke blues-bluesan.

Baca Juga: Rekomendasi Novel Indonesia! Komedi Blues Tuan Li Jai, Cerita Bersambung

Belum sempat ia memeram, Tuan Li jai datang. Barangkali Tuan Li jai mendengar canda tawa kami sehingga ia cepat menemui sohibnya ini.

Betapa aku terkejut karena belum sempat kakinya melewati garis pintu, Tuan Li jai langsung membeberkan inspirasinya pada kami tapi lebih tepatnya kepadaku.

Namun belum sempat ia beberkan semua, lebih dulu ia panggil Opray untuk membuatkan kopi bagi si Penyanyi kesayangannya.

Tuan Li jai Menyuruhku untuk merubah konsep zona fantasi pada toko onlinenya. Emang dasar bukan rejeki Panji Demokrasi. Emang dasar silahturahmi membawa berkah. Penyanyi blasteran ini dijadikan konsep utama dalam pembangunan zona fantasi.

Baca Juga: Rekomendasi Novel Indonesia! Penyanyi Blasteran Tuan Li Jai Peranakan Cina Bangka, Cerita Bersambung

Benar-benar aku kaget tapi Ariani, seperti biasa ia hanya senyum-senyum saja. Kureguk kopiku yang telah dingin dan si penyanyi blasteran pun mereguk kopinya yang masih mengeluarkan asap.

 Tuan Li jai menginginkan bahwa dalam toko onlinenya agar ada satu halaman sebagai panggung si Penyanyi Blasteran. Dan si penyanyi blasteran ini senyum-senyum sembari mengiyakan saja perkataannya.

 Aku pun juga mengiyakan saja karena jika hanya membuat halaman video dan audio itu perkara mudah. Tuan Li jai menginginkan si penyanyi blasteran ini untuk menyanyikan lagu-lagunya sendiri.

Sayangnya Penyanyi Blateran ini hanyalah penyanyi dan ia tak bisa menciptakan lagu yang bagus seperti lagu-lagu orang lain yang sering ia nyanyikan namun Tuan Li jai memberi izin agar ia seperti biasanya yaitu menyanyikan lagu orang lain dalam irama dan konsep blasterannya.

Baca Juga: Rekomendasi Novel Indonesia! Tuan Lijai Peranakan Cina Bangka, Cerita Bersambung (Cinta FTV)

Masalah izin kepada si pencipta itu biar urusanku, kata Tuan Li jai sembari menepuk paha kanannya. Mulai Anggi menyalakan rokok dan Tuan Li jai pun ia.

Kretek menjadi rokok mereka berdua. Mereka benar-benar seperti dua orang sahabat yang sedang menikmati mimpimimpinya.

Mereka seperti kawanan baik hati yang sedang fokus pada imaji liar dari alam yang tak dapat tersentuh. Karena Ariani telah masuk ke ruangannya maka aku pun diam sendirian di sini sementara kopiku manisnya telah dicuili hewan pengganggu.

Matahari pun berbisik agar aku masuk ke ruanganku dan menyelesaikan pekerjaanku namun sayangnya aku tak mendapat izin dari Tuan Li jai, malahan Tuan Li jai menyuruh untuk memanggil Priyo, staff ahli akuntansinya.

Keuntungan dan pengeluaran terakhir perusahaan menjadi santapan lezat yang dihidangkan pada benak Priyo namun sayangnya laporan Priyo tak memuaskan hatinya.

Tuan Li jai benar-benar orang sangat teliti, sepertinya ia memiliki mata-mata dalam urusan keuangan di kantor miliknya ini.

Wajahnya sedikit muram namun si penyanyi blasteran tiba-tiba menyanyikan lagu umar bakrie dan kemesraan milik iwan fals.

Sekejap mata Tuan Li Jai tersenyum dan berkata, Oh iya aku baru ingat sekarang, kemarin saat keluar kota aku memakai anggaran perusahaan.

Priyo pun lega mendengar itu dan tak hanya priyo tapi aku juga sedangkan penyanyi blasteran menyeruput kembali kopinya.

Diriku dan Priyo mendapat perintah dari Tuan Li jai untuk membeli peralatan terbaik dalam anggaran yang ia berikan padanya namun Priyo agak keberatan karena anggaran yang diamanatkan Tuan Li jai dirasa kurang, oleh Priyo. Tapi tak ada tambahan dari Tuan Li jai, malahan ia berkata, kalau kau tak sanggup biar Montana dan Persit yang berangkat untuk membeli semua peralatan untuk konsep perusahaan kita ini.

Aku hanya menundukkan kepala sambil memandang semut hitam yang seperti bisik-bisik tetangga yaitu bisik-bisik yang tidak mengenakan.

Priyo sungguh berani dalam menolak perintah dari bosnya sendiri. Ia pun memanggil persit karena perintah Tuan Li jai.

Seperti biasa Tuan Li jai hanya tersenyum kemudian mereguk kopi lalu menyuruhku mengambil uang pada Priyo sesuai nominal yang ia perintahkan sementara persit menunggu di dalam mobil.

Priyo pun tak menampakkan keganjilan. Ia asyik saja mengerjakan pekerjaannya setelah memberi uang kepadaku namun ia berpesan padaku bahwa jangan sampai meniru gayanya sebab ia juga mengatakan bahwa dirinya memiliki alasan dan telah lama bekerja dengan Tuan Li jai, jadi Tuan Li jai sudah tak heran dengan sanggahan dari Priyo dan lagi pula aku pun merasa sependapat dengan Priyo.

Priyo menginginkan alat-alat maha canggih maka ia menolak untuk bertanggung jawab dalam pengadaan barang itu namun Tuan Li Jai pun memiliki alasan yang kuat dalam perintahnya itu.

Pendapatan perusahaan saat ini ibarat pendapatan petani di masa kemarau panjang. Aku memang tak mau sepertinya, tanpa ia menegaskan padaku pun aku tak mau sepertinya.

Bagiku jika ada perintah maka sebagai orang yang jenius aku tak perlu pikir panjang kecuali perintah untuk melalukan kekonyolan semisal makan tahi kucing goreng dan tahi bebek goreng.

Entah mengapa Tuan Li jai tak marah padanya tapi jelas bukan tuan Li jai tak berani marah sebab saat pertama kali melihat laporan keuangan dari Priyo —saat itulah pertama kalinya aku melihat wajahnya agak geram.

Barangkali tadi dia tak marah karena memang tugasnya ialah staff keuangan bukan staff pengadaan barang tapi kebetulan Turki, staff pengadaan barangnya sedang cuti jadi ya menurutku mau tidak mau siapun wajib menggantikannya.

Bagiku tak mengapa walau tak ada bayaran tambahan karena kebetulan aku pun baru di sini. Tuan Li jai pun berpesan sebelum aku menutup pintu mobil, katanya, “janganlah kau berperilaku sama seperti yang kau lakukan jika bersamaku sebab Persit ialah orang yang pendiam”.

Ah Tuan Li jai bisa saja, aku benar-benar malu karena pernah kentut di mobilnya. Menurutku lebih baik pergi dengan orang seperti persit sebab aku bisa menonton pertunjukan dalam handponeku di sepanjang perjalanan.

Apalagi konser Sheila On Seven dan Muhammad Alfariezie semalam tidak kutonton sebab PLN berulah kembali setelah satu dekade dalam zona kewarasannya.

Hemm Muhammad Alfariezie yang ahli dalam lagu-lagu blues, rock dan orkes dangdut itu barangkali semalam menuntaskan misinya untuk berduet dengan eross candra.

Anto baret bagaikan ilalang kehilangan parang sebab kehilangan Tuan Li jai, ia menampakkan sesuatu yang ada dalam dirinya dan itu memecah keheningan.

Persit tertawa terbahak-bahak sementara aku hanya senyum-senyum saja. Memang lawakannya lucu tapi aku sungguh tak percaya bahwa peristiwa ini terjadi, yaitu Persit tertawa terbahak-bahak.

Berbeda dengan yang Tuan Li jai pesankan padaku tadi. Saat di kantor pun hampir tak pernah kulihat Anto dan Persit seperti ini yaitu tertawa terbahak-bahak.

Mereka melakukan lawakan kata-kata yang menurutku sangat asyik bila dipertontonkan. Mungkin jika Tuan Li jai mengetahui keaslian mereka maka mereka akan bernasib sama dengan penyanyi blasteran yaitu menjadi tokoh sentral dalam perkembangan zona fantasi di toko onlinenya.

Benar-benar mereka telah menggodaku, sampai aku tak jadi menonton konser sheila on feat Muhammad Alfariezie. Tak mengapa sebab apa yang mereka lakukan menghiburku juga.

Apalagi ini pengalaman pertamaku untuk bisa menjalin hubungan yang lebih intens dalam pertemanan sekantor dengan persit. Berada di antara mereka berdua hilang suasana tegang dalam kantor.

Selama ini aku memang jarang berkumpul dengan staffstaff sebab aku lebih banyak mendampingi Tuan Li Jai dan kalaupun bercanda dengan teman sekantor paling-paling hanya dengan Sekretaris cantik nan wangi itu.

Sampailah kami di toko alat-alat musik. Kuberitahu padanya bahwa anggaran hanya seadanya dan dia membodohiku. Sedangkan Opray hanya tertawa saja. Jika saja aku polisi kutembak kepala orang ini.

Tapi pikiran buruk itu segera buyar setelah ia mengelus pundakku dan mengatakan bahwa ia hanya bercanda.

Tapi aku tak tertawa meski dia tertawa. Mungkin kentut nasi goreng tuak bakwan adalah nama yang pantas menjadi julukanku padanya, sebagaimana dulu aku memberi sebutan pada kawanku yaitu bulan tahi kucing.

Persit dan Opray benar-benar kentut nasi goreng tuak bakwan. Bagaimana tidak aku bilang mereka begitu sebab tante-tante cantik mereka goda dan pelayan yang tampangnya seperti memiliki pancaran cahaya embun pucuk daun maupun yang hanya embun di atas pagar pun mereka ajak bercanda.

Kutahu itu cara mereka untuk mendekati perempuan-perempuan. Benar-benar mereka ini seperti tukul arwana atau malih tong-tong.

Ayik saja mereka menggoda perempuan bagaikan tak memiliki beban padahal usia mereka kuyakin sudah mencapai 37 tahun delapan bulan 15 hari dan seratus lima puluh menit seribu lima ratus detik.

Aku tak kecewa jalan dengan mereka dan walau senang tapi tak terlalu juga namun ini pengalaman yang mengasyikan.

Pengalaman ini takan pernah kudapat jika saja tidak ada penyanyi blasteran. Penyanyi blasteran telah memberi fantasinya tidak hanya kepada pemikiran Tuan Li jai tapi juga pada suasana hatiku.

Tuhan telah mendatangkannya untukku agar aku bisa menemukan kebahagiaan dalam perusahaan tempatku bekerja ini.

 

Kemiling, Bandar Lampung

Editor: Muhammad Alfariezie

Tags

Terkini

Terpopuler