Rekomendasi Novel Indonesia! Tuan Lijai Peranakan Cina Bangka, (Kecemburuan Programmer)

27 April 2024, 21:00 WIB
Kookaburra, Burung Ceria yang Sering Menjadi Subjek Seni dan Karya Sastra di Australia /ilustrasi/

Hari ini berbeda dengan hari-hari kemarin. Kemarin benar-benar mengasyikan jika bekerja sembari memandang ruangan Ariani, tapi hari ini nyaris tiga jam Oki selalu di ruangan Ariani.

Dia memegang tangannya. Mereka bercanda lebih dari yang kubecandakan dengan Ariani. Bubur kacang ijoku sampai berbicara. Kopiku pun selalu berbisik dan semut berdatangan. Telah kucoba untuk menahan segala kecemburuan ini, kucoba untuk tetap di sini tapi aku tak bisa. Kutinggalkan ruanganku dan kuhampiri mereka.

Sayangnya baru keluar pintu, Priyo memanggilku untuk mengajakku ke ruangan baru guna memasang alat-alat musik yang kemarin kubeli.

Baca Juga: Rekomendasi Novel Indonesia! Tuan Lijai Peranakan Cina Bangka, Cerita Bersambung

Apa boleh buat jika aku tak mengiyakan keinginannya maka aku bisa saja bertengkar dengan Priyo. Belum lagi pasti ia akan melapor pada Tuan Li Jai karena aku tak mau mengikuti kehendaknya. Apalagi jika aku tak menghendaki keinginannya hanya karena urusan asmara yang belum pasti ini.

Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan hari ini. Aku heran mengapa di ruangan ini hanya ada Opray, Tuan Li jai dan Priyo padahal masih ada delapan staff lagi.

Aku bukan ahli sambung menyambung kabel. Kulihat wajah Priyo pun pusing tujuh keliling memandang ruang yang belum pasti akan dijadikan apa ini.

Baca Juga: Rekomendasi Novel Indonesia! Komedi Blues Tuan Li Jai, Cerita Bersambung

Putih polos masih menjadi ruangan ini, tapi alhamdulilah karena ternyata kami tak disuruh untuk menjadikan tempat ini studio musik melainkan hanya disuruh memindahkan barang-barang lama yang ada di sini ke gudang di belakang kantor.

Sudah jatuh tertimpa tangga sudah itu terhina karena bocah tengik, itulah pribahasa yang melambangkan dukaku. Aku harus membopong sedikit barang-barang ini melewati ruangan Ariani yang mana Oki masih di dalam sana.

Dan Lagi Tuan Li jai sekaligus Priyo dan Opray meledek mereka berdua. Kutandai ledekkan itu sebagai kalimat restu dari mereka. Aku benar-benar seperti pesuruh yang memendam benci pada banyak orang.

Baca Juga: Rekomendasi Novel Indonesia! Penyanyi Blasteran Tuan Li Jai Peranakan Cina Bangka, Cerita Bersambung

Kini kebaikan Tuan Li jai dan opray hilang dalam benakku. Ingin rasanya kubanting barang yang sedang kubopong ini, sayangnya Priyo tiba-tiba muncul di hadapanku dan meledekku yang sedang membopong kursi tua. Entah pula mengapa Tuan Li jai membiarkan mereka berduaan.

Aku tahu mereka saat ini sedang tidak memiliki kerjaan tapi bukankah ini jam kerja? Tapi Tuan Li jai memang begitu. Bagi dia yang penting karyawannya tetap berada di kantor pada jam kerja. Kalau sedang tidak ada kerjaan ia membebaskan karyawannya dari hiruk pikuk kecuali jika ia memiliki izin.

Baca Juga: Rekomendasi Novel Indonesia! Tuan Lijai Peranakan Cina Bangka, Cerita Bersambung (Cinta FTV)

Aku rasa karena Oki telah puluhan tahun bekerja dengannya maka Tuan Li jai menyuruhku dan Priyo yang merapihkan gudang.

Aku malas mengerjakan program hari ini meski apa yang disuruh Tuan Li jai telah kuselesaikan dan walau Ariani dan Oki tak lagi dalam satu ruang.

Tapi aku tak boleh seperti ini terus. Aku tak mau batinku membabi buta sebagaimana chairil anwar dalam AKUnya. Aku harus menyelesaikan programku ini.

Baca Juga: Rekomendasi Novel Indonesia! Tuan Lijai Peranakan Cina Bangka, (Perkembangan Zona Fantasi)

Apalagi dalam program ini tak hanya ditunggu Tuan Li jai tapi juga Penyanyi Blasteran. Tetapi sungguh aku sangat malas. Pandanganku selalu ke ruangan Ariani dan perasaanku selalu ke wajah Oki yang bagaikan monyet sedang menggaruk-garuk kepala sambil memerhatikan pasangannya.

Mana mungkin Ariani suka dengan lelaki yang kurus, tingginya kurang dariku dan wanginya tak sepertiku tapi bisa juga Ariani tak menyukai diriku sebab ia pernah melihatku ngiler ketika tidur dan aku tak memiliki mobil.

Aku harus menyelesaikan program ini karena siapa tahu aku mendapat bonus jika program ini selesai tapi mana mungkin wong Tuan Li jai telah berkata bahwa ia tak mampu memberi bonus sebab keuangan perusaahaan belum memadai.

Tapi aku tak mungkin mengredit mobil hanya mengandalkan gaji perbulanku, namun ah, rasa ingin memiliki Ariani begitu merasuki. Ariani begitu cantik serupa dewi kuanin.

Apalagi ketika ia sedang fokus mengerjakan kerjaannya. Merah bibirnya yang sederhana dan rona pipinya benar-benar membuatku ingin memeluknya dan menciumnya dan menikahinya. Sayangnya Tadi Tuan Li jai dan Priyo juga Opray seperti merestui ia dengan Oki.

Ah lebih baik kuselesaikan pekerjaanku dan melupakan bayang-bayang tentang aku dan dia. Aku tak mau pula dipecat tanpa pesangon karena terus-terusan membayangkan kejadian superior ini.

Kalau aku dipecat dan tak lagi memiliki pekerjaan, nah bagaimana aku akan melamarnya dan tentu aku kalah dengan Oki dan pasti mudah sekali Oki melamarnya.

Pria monyet penggaruk kepala itu tak boleh mengalahkanku. Sungguh aku tak mau kalah dengannya tapi aku juga tak mau bermusuhan dengannya, ah aku tak mau seperti ini terus maka lebih baik kuusaikan penyebutan buruk akan dirinya.

Lebih baik aku berpikir positip saja, dari pada aku kena kutuk lebih baik aku sebut dirinya bulan di genangan kolam renang saja. Siapa tahu dirinya merelakan Ariani untukku.

Sungguh pada siang ini aku mengharapkan bisa makan bersama Ariani namun betapa aku tak mengharapkan makan bersama Ariani Oki atau Opray sang Peramu kopi dan bubur kacang ijo juga tempe itu.

Aku mau makan bersama Ariani di kafe kece zaman ini. Seperti saat di kantor aku berbicara padanya, aku ingin bercanda dengannya, aku ingin bercanda sambil membicarakan perihal keangkuhan sebagian orang-orang di muka bumi ini.

Barangkali secara tak terduga ia akan menyentuh bibirku yang terdapat sisa makanan atau aku yang akan seperti itu. sambil memandang wajahnya dan ia memandangku, ah jika itu terlaksana sungguh bahagia diriku dalam siang yang tiada tangis ini.

Wajar jika Oki juga menginginkan Ariani. Perempuan muda dan cantik juga wangi dan baik sepertinya memang tak perlu lagi diragukan jika menjadi istri tapi aku masih yakin bahwa Ariani pun menginginkan diriku. Oki tak seganteng diriku.

Aku juga yakin kecerdasannya tak sebagaimana diriku. Aku mampu bersahabat dengan banyak orang termasuk si penyanyi blasteran, sedangkan dirinya hanya mau berbicara dengan Ariani.

Apalagi kemejaku selalu rapih dan wangi sedangkan ia untuk memakai dasi pun belum becus. Dia juga tak pernah kulihat memakai kaos kaki.

Keteknya selalu basah dan betapa dia itu lelaki yang tak tahu malu walau omongannya memang tak pernah ngelantur tapi dia bukan lelaki yang memiliki jiwa humor.

Warna merah mie ayamku yang disebabkan saus yang barangkali dari tomat busuk ini persis bibirnya. Kuyakin dia rombongan benaul bencong kurap yang tak tahu etika sebab sering menenggak vodka campur gula dan garam plus suka memakan tahi kucing goreng.

Aih seharusnya aku tak membicarakannya dengan sebutan nyeleneh bisikan jin ini tapi mau bagaimana lagi. Inilah kecemburuan ala progremer, kecemburuan ala orang yang bisa berhari-hari di depan laptop atau komputer.

Mungkin jika malam tiba dan tepat pukul setengah satu ia sedang sok cantik sambil memakai wik dan lipstik lalu menyender di tiang listrik emper pertokoan tengah kota.

Barangkali ia badut-badut dalam kerlap-kerlip goyang kota. Sayang rambutnya tak seperti Mie ayamku ini, sayang hidungnya tak seperti sendok dan sayang giginya tak serupa garpu ini.

Lebih sayang lagi jika Ariani menjadi miliknya. Perempuan super istimewa itu sungguh amat layak jika aku yang mendampingi.

Aku tahu betul apa yang ia mau. Aku akan bekerja keras demi kebahagiaannya sedangkan Oki.. haduh.. haduh dia itu pasti jika menikah dengan Ariani setiap hari kerjanya hanya ongkang-ongkang kaki dan pasti dia berhenti bekerja lalu untuk urusan dapur ialah Ariani yang harus menanggung beban dan mereka akan tak memiliki anak kemudian Ariani akan menderita karena tak mendapat entupan malam, dini hari ataupun pagi.

Sayang mie ayamku telah habis dan saat ini adalah waktu berakhir jam istirahat kantor. Lagi pula melihat wajah Ariani adalah kesuksesan yang lebih dari sekedar membicarakan benci terhadap Oki.

Mungkin saat ini Ariani sedang menunggu diriku atau mungkin membelikan minuman dingin seperti kemarin. Bulir-bulir di bagian luar botol tersebut pun berbisik bahwa sesungguhnya ia mencintaiku.

Kuyakin tadi ia dan Oki hanya sedang membicarakan diriku yang rada tampan ini. Namun kejadian yang tak menyenangkan datang saat kuingin membayar makananku.

Oki datang entah darimana lalu sok baik terhadapku. Ia membayarkan makananku siang ini seraya tersenyum dan sok akrab padaku.

Betapa tak menyenangkan jalan berdua dengannya dan betapa tak menyenangkan ketika sampai gerbang ternyata Ariani lebih dulu menegur si salah satu rombongan bencong kurap ini.

Kutentang-tendang kerikil tapi Ariani biasa saja dan aku langsung masuk ruangan dan mereka biasa saja. Sekejap kutengok ke belakang. zihh benarbenar pemandangan siang malam bagiku.

Dari pada migren lebih baik kuselesaikan halaman terakhir programku. Itu jauh lebih baik karena barangkali aku akan mendapat bonus.

Tapi kecemburuan ini tak mau lesap. Kecemburuan ini bagaikan entupan tawon yang bisa satu minggu rasanya. Bagaimana aku dapat berkonsentrasi jika bayangbayang benaul yang ingin mencium Ariani terus-terusan di depan layar bioskop pikiranku.

Aku adalah progremer maka habislah ketampanan profesiku jika harus bisik-bisik sendiri sebab asmara yang tak menentu. Kunyalakan laptopku, kudengarkan lagu jamrud, kubayangkan wajah bapak dan ibuku, kubayangkan wajah adikku, kubayangkan wajah mantanku.

Leburlah sudah siangku yang malang ini. Tak mengapa siang ini tak ada bayang-bayangku dengan Sekretaris cantik dan wangi, tak mengapa walau tak ada bayang-bayang yang mengesankan aku dengannya.

Lebih baik aku ke belakang menyeduh kopi. Barangkali Opray memiliki singkong rebus yang telah di goreng. Tak mengapa walau harus melewati ruangan mereka, tak mengapa walau nanti aku harus melihat mereka berdua lagi, tak mengapa.

 

Kemiling, Bandar Lampung

Editor: Muhammad Alfariezie

Tags

Terkini

Terpopuler